Tips Hadapi Badai Amukan Anak
18 Oct 2016
Staedtler LUNA - Setiap orangtua tentu pernah menghadapi temperamen buruk anak, biasanya terjadi bila mereka merasa keinginannya tidak terpenuhi atau merasa tidak diacuhkan. Anak bisa menangis dengan lebaynya, meronta-ronta yang terkadang akan membuat posisi orangtua jadi sangat canggung bila kondisi tersebut terjadi di tempat umum.
Sejatinya, dalam momen itu putra-putri kita sedang dalam mengalami temper tantrum, yakni suatu letupan amarah anak di saat anak menunjukkan kemandirian dengan sikap negatifnya. Hal ini bisa terjadi terutama kepada balita di usia 2-4 tahun. Mereka belum mengenal konsep “nanti”, sehingga tidak dapat menunda atau menunggu pemenuhan atas keinginannya akan membuat putra-putri kita menjadi frustrasi.
Untuk melepaskan rasa frustasi itu, anak menunjukkannya dengan berbagai sikap. Yang paling sering dijumpai adalah menjerit sambil menangis keras-keras, menjatuhkan diri ke lantai, atau bergerak-gerak dengan liar, berguling-guling di lantai, melempar barang, memukul-mukul, menendang, dsb.
Bila kondisi ini terjadi, tentu hampir setiap orangtua akan menyikapinya dengan kemarahan juga. Tidak jarang anak dan orangtua saling menunjukkan kekerasan hati dan sikapnya. Padahal hal tersebut adalah salah. Dalam kondisi anak mengalami temper tantrum, sepatutnya Bunda dapat bersikap tenang. Adapun beberapa tips yang bisa Bunda terapkan sesuai imbauan Children's Hospital of Philadelphia, adalah sebagai berikut:
- Tetap tenang.
- Terus lakukan kegiatan Bunda. Abaikan anak sampai dia lebih tenang dan tunjukkan aturan yang sudah disepakati bersama.
- Jangan memukul anak. Lebih baik mendekapnya dalam pelukan sampai ia tenang.
- Cobalah untuk menemukan alasan kemarahan anak kita.
- Jangan menyerah pada kemarahan anak. Ketika orangtua menyerah, anak-anak belajar untuk menggunakan perilaku yang sama ketika mereka menginginkan sesuatu.
- Jangan membujuk anak Bunda dengan imbalan lain untuk menghentikan kemarahannya. Anak akan belajar untuk terbiasa mendapatkan imbalan ketimbang belajar menuruti kita.
- Arahkan perhatian anak pada sesuatu yang lain.
- Singkirkan benda-benda yang berpotensi berbahaya dari anak Anda.
- Berikan pujian dan penghargaan perilaku bila tantrum telah selesai.
- Tetap jaga komunikasi terbuka dengan anak Bunda.
Kesimpulannya, temper tantrum bukanlah suatu penyakit berbahaya, tapi bila terjadi pembiaran tentu akan memberikan dampak negatif terutama pada kestabilan emosi mereka kelak. Untuk itu Bunda harus tetap tenang dalam menghadapi badai amukan mereka. Karena tentu kita ingin melihat putra-putri kita tumbuh menjadi anak cerdas dan kreatif bukan. Nah Bunda, tetap semangat!
Penulis : Robert Michael
Pic : pixabay.com